Kala itu, aku sedang menulis rindu. Di tengah tetesan gerimis yang merdu. Dengan suara sendu. Kamu tak pernah tahu, rinduku akan aku simpan dalam kalbu. Biarkan saja aku, biarkan aku resapi sendiri rinduku.
Suatu saat kau akan tahu, betapa kerasnya kala aku berjuang untukmu. Bertahan kala badai besar menghantam dadaku. Saat kau tak lagi punya rasa untuk bertahan di sampingku. Saat kau memilih untuk menggantikan aku dalam hatimu.
Kau begitu tega. Meninggalkan luka yang menganga. Apa kau tak pernah punya hati ? Mencampakkanku bagaikan benalu yang telah mati. Sekeras apapun aku bertahan, hanya luka yang kudapati.
Apakah cinta akan selalu seperti ini ? Pura-pura buta meski ia melihat kesakitan di matanya. Pura-pura baik mesti hatinya hancur bahkan tak bersisa.
Cinta ... Aku yakin ia mudah memaafkan. Meski luka yang tersisa tak sanggup dihilangkan.
Aku ... Wanita yang tengah berusaha memaafkanmu. Meski berat masih terasa, namun akan aku nikmati apa yang ada. Aku masih merindumu. Merindu caramu mencintaiku. Tapi sekarang tak ada lagi kita. Aku hanya tengah berusaha menikmati kembali rindu yang pulang ke rumahnya.
Diana Resmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar