Menganalisis cerpen Robohnya Surau Kami dengan menggunakan pendekatan objektif.
Unsur intrinsik :
1. Tema : Seseorang yang lebih mementingkan urusan agama dan akhirat, tidak mementingkan urusan dunia tanpa menyeimbangkan keduanya.
2. Tokoh/Penokohan :
a. Aku : - dermawan : dilihat dari kalimat "Biasanya kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang."
- selalu ingin tahu : kalimat " Aku ingin tahu, lalu aku tanya kakek lagi." Dan kalimat " Dan ingin tahuku membuat aku nyinyir bertanya."
b. Kakek : - sederhana : kalimat " Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-jumat."
- menolong tanpa pamrih : kalimat " Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa."
- religius : kalimat " Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan."
- lalai : kalimat " Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga, seperti orang lain."
- mudah terpengaruh : kalimat " Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."
C. Ajo Sidi : - pembual : kalimat " Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu."
- tidak bertanggung jawab : kalimat " Tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikitpun bertanggung jawab."
D. Haji Saleh : - sombong : kalimat "Aku Saleh. Tapu karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku."
- suka memprovokasi : kalimat " Kita protes kita resolusikan."
- egois : kalimat " Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis."
E. Istri tokoh aku : - mudah terkejut : kalimat " Kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang."
F. Istri Ajo Sidi : watak tokoh tidak dijelaskan dalam teks.
3. Latar/Setting :
a. Tempat : - pasar : kalimat " Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku."
- surau : kalimat "Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua."
- akhirat : kalimat " Dia akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang."
- neraka : kalimat " Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka."
- rumah : kalimat " Ketika aku mau turun rumah pagi-pagi."
- rumah Ajo Sidi : kalimat " Aku cari Ajo Sidi kerumahnya."
b. Waktu : - tahun lalu : kalimat " Kalau beberapa tahun lalu Tuan datang ke kota kelahiranku."
c. Suasana : - sedih : kalimat " Dan aku melihat mata kakek berlinang."
- sunyi : kalimat " Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada yang mengamuk dipikirannya."
- ramai : kalimat " Begitu banyak orang yang diperiksa."
- panik : kalimat " Kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang."
4. Alur/Plot :
Sorot balik : dilihat dari cerita yang diawali masa kini yaitu menceritakan keadaan surau saat ini atau sekarang yang telah ditinggalkan penjaganya. Kemudian menceritakan alasan atau rusaknya tempat beribadah tersebut, dengan meninggalnya kakek penjaga surau dan masalah atau sebab yang menyebabkan meninggalnya kakek tersebut.
5. Sudut pandang :
Orang pertama : pengarang berperan sebagai tokoh utama. Bisa dilihat dengan penggunaan kata " aku ".
6. Amanat :
1. Sebagai seorang hamba kita seharusnya mampu menyeimbangkan antara urusan agama dan dunia.
2. Kita tidak seharusnya cepat terprovokasi dengan orang lain.
3. Kita harus mampu bertanggung jawab atas apa yang kita miliki.
4. Kita tidak boleh sombong atas prestasi apa yang telah kita raih.
5. Kita harus memiliki semangat yang tinggi dan tidak mudah putus asa.
7. Gaya bahasa :
a. Majas alegori : cara berceritanya menggunakan simbol, yaitu dengan menggunakan tokoh Haji Saleh di akhirat.
b. Majas sinisme : kalimat " Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi" yang berisi kritikan untuk masyarakat sekarang.
Menganalisis cerpen Robohnya Surau Kami dengan menggunakan teori struktural Robert Stanton.
1. Fakta cerita
a. Karakter :
- tokoh utama : Ajo Sidi karena mendominasi cerita. Muncul dalam cerita sebanyak 15 kali. Tokoh ini sering muncul karena dia lah yang bercerita kepada tokoh kakek sehingga menyinggung perasaan dan membuat tokoh kakek bunuh diri. Karakter Ajo sidi : - pembual : kalimat " Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu."
- tidak bertanggung jawab : kalimat " Tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikitpun bertanggung jawab."
- tokoh bawahan :
a. Aku : - dermawan : dilihat dari kalimat "Biasanya kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang."
- selalu ingin tahu : kalimat " Aku ingin tahu, lalu aku tanya kakek lagi." Dan kalimat " Dan ingin tahuku membuat aku nyinyir bertanya."
b. Kakek : - sederhana : kalimat " Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-jumat."
- menolong tanpa pamrih : kalimat " Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa."
- religius : kalimat " Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan."
- lalai : kalimat " Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga, seperti orang lain."
- mudah terpengaruh : kalimat " Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."
D. Haji Saleh : - sombong : kalimat "Aku Saleh. Tapu karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku."
- suka memprovokasi : kalimat " Kita protes kita resolusikan."
- egois : kalimat " Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis."
E. Istri tokoh aku : - mudah terkejut : kalimat " Kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang."
F. Istri Ajo Sidi : watak tokoh tidak dijelaskan dalam teks.
b. Alur :
Sorot balik : dilihat dari cerita yang diawali masa kini yaitu menceritakan keadaan surau saat ini atau sekarang yang telah ditinggalkan penjaganya. Kemudian menceritakan alasan atau rusaknya tempat beribadah tersebut, dengan meninggalnya kakek penjaga surau dan masalah atau sebab yang menyebabkan meninggalnya kakek tersebut.
c. Setting :
a. Tempat : - pasar : kalimat " Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku."
- surau : kalimat "Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua."
- akhirat : kalimat " Dia akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang."
- neraka : kalimat " Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka."
- rumah : kalimat " Ketika aku mau turun rumah pagi-pagi."
- rumah Ajo Sidi : kalimat " Aku cari Ajo Sidi kerumahnya."
b. Waktu : - tahun lalu : kalimat " Kalau beberapa tahun lalu Tuan datang ke kota kelahiranku."
c. Suasana : - sedih : kalimat " Dan aku melihat mata kakek berlinang."
- sunyi : kalimat " Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada yang mengamuk dipikirannya."
- ramai : kalimat " Begitu banyak orang yang diperiksa."
- panik : kalimat " Kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang."
d. Tema : Seseorang yang lebih mementingkan urusan agama dan akhirat, tidak mementingkan urusan dunia tanpa menyeimbangkan keduanya.
2. Sarana cerita
a. Judul : Robohnya surau kami
Terkait dengan cerita, yang dimaksud penulis dengan surau adalah tempat beribadah. Tempat yang dulunya dijaga oleh seorang kakek tua, namun setelah kakek tersebut meninggal surau itu tidak lagi terurus. Pengarang menggambarkan itu sebagai keimanan masyarakat yang semakin menipis, sehingga mereka membiarkan surau atau tempat ibadah mereka hampir roboh.
b. Sudut pandang :
Orang pertama : pengarang berperan sebagai tokoh utama. Bisa dilihat dengan penggunaan kata " aku ".
c. Simbolisme : - robohnya keimanan masyarakat yang digambarkan penulis dengan keadaan sebuah surau.
- tokoh Haji Saleh di akhirat yang digunakan untuk bercerita, menggambarkan orang yang hanya mementingkan agama saja.
d. Ironi : - seseorang yang sangat taat dalam beribadah namun ternyata dia tidak masuk surga.
- surau atau tempat ibadah yang seharusnya ramai namun justru ditinggalkan dan rusak.
e. Gaya : gaya atau style yang digunakan adalah bahasa suram yaitu kata muram. Bisa ditemukan dalam penggalan kalimat " Tapi sekali ini kakek begitu muram". Sedangkan majas yang digunakan adalah :
- Majas alegori : cara berceritanya menggunakan simbol, yaitu dengan menggunakan tokoh Haji Saleh di akhirat.
- Majas sinisme : kalimat " Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi" yang berisi kritikan untuk masyarakat sekarang.