Selasa, 18 Juli 2017

Tugas Mata Kuliah Sejarah Sastra

1. Posisi pengarang wanita pada periode sastra angkatan 66.
Pada mulanya sebelum tahun 70-an, perempuan sangag tidak dihargai. Mereka dianggap sangat rendah, posisi mereka selalu dinomor duakan dari kaum laki-laki. Kemudian mulai muncul teori feminisme, dimana teori ini memandang perempuan mampu sejajar dengan laki-laki di luar kodratnya sebagai perempuan. Awal kemunculan pengarang wanita dalam dunia sastra mereka mengangkat tema tentang kehidupan yang penuh penderitaan. Pada saat itu baru sedikit pengarang yang muncul. Sampai beberapa periode dari pujangga baru sampai angakatan 45 para pengarang wanita ini masih mempertahankan tema tentang kesedihan. Tidak meluapkan semua ide yang ia punya. Sehingga pada saat itu mereka belum sepenuhnya dihargai. Karena ada sebagian orang memandang karya dengan tema tersebut merupakan karya biasa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang sudah mulai ada sejak angkatan balai pustaka. Hingga kemudian pada periode angkatan 66 mulai muncullah pengarang wanita dengan ide yang lebih baru. Salah satunya N.H Dini. Ia mendobrak sastra indonesia dengan mengangkat tema tentang perempuan, tentunya yang ia perjuangkan adalah untuk mengangkat derajat perempuan sebagai manusia. Sejak tahun 60-an hingga sekarang, tema yang diusung pengarang perempuan mulai bergenre cerita yang mudah dicerna dan sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan terhadap dunia perempuan, pola pikir mereka pun ikut berubah. Sehingga kedudukan pengarang wanita saat ini sudah tidak lagi dipandang sebelah mata, sekarang mereka sudah dihargai banyak kalangan. Mereka sudah menempati hati pembaca dengan karya-karya mereka.
2. Fenomena pasar tentang karya sastra.
Fenomena pasar pada masa itu khususnya angkatan 66 hingga sekarang menerima sebuah karya sastra dengan menyuguhkan cerita yang mudah dicerna dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pasar saat itu sangat menerima karya yang lekat kaitannya dengan kehidupan. Lemudian pada awal tahun 20-an muncul fenomena chicklit dan teenlit yang menimbulkan banyak pro dan kontra. Fenomena ini berhasil memikat hati pembaca, percetakan, hingga melahirkan komunitas-komunitas penggemar setia. Penanda novel berjenis chicklit adalah tokoh utama kebanyakan perempuan yang berpikiran maju, dan bergaya hidup modern. Sedangkan teenlit penyajiannya menyerupai penulisan buku harian yang kental dengan kehidupan kaum remaja dan anak sekolahan. Fenomena ini sangat digandrungi pembaca. Tema yang diangkat kebanyakan tentang perempuan. Munculnya fenomena ini juga menimbulkan kontra di berbagai pihak. Menurut mereka ini tidak mengangkat tema kehidupan global masyarakat Indonesia. Menurut mereka novel jenis ini juga tidak memiliki daya didik tinggi. Novel yang hanya menyajikan kesenangan kehidupan tanpa memandang sisi sulitnya kehidupan. Di balik kekurangannya, nyatanya fenomena ini mampu melahirkan banyak pengarang wanita baru yang bermunculan hingga sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita tentang Gadis cantik di kereta

     K.H Mustofa Bisri dalam cerpennya yang berjudul Gadis Beralis Tebal Bermata cemerlang ini hanya menyajikan beberapa tokoh saja. Tidak d...